Borok Mie Gacoan Dibongkar: Sungguh Suara Ojol, Suara Tuhan


GARIS KOMANDO —
Kalau Anda bertanya serikat buruh mana yang bisa menggugat korporat dalam satu malam, mungkin akan susah menemukan jawaban. Kalau Anda bertanya gerakan aktivis mana yang punya solidaritas kuat dan cepat tanggap, Anda tetap kesulitan menjawab.

Tapi kalau Anda bertanya kelompok masyarakat mana yang mampu melakukan hal di atas, driver ojek online (ojol) jawabannya.

Peristiwa pada 13 November 2021 di Jogja adalah buktinya. Bagaimana gerakan organik ojol mampu melakukan kerja serikat dan aktivis dalam satu malam. Dan menurut saya, inilah kekuatan ojol yang sebenarnya! Dan sudah selayaknya serikat pekerja dan aktivis belajar dari mereka.

Untuk yang belum paham konteks, ini kronologinya: pada pukul 9 pagi terjadi keributan di resto Mie Gacoan cabang Kotabaru Jogja. Alasannya adalah kekesalan salah satu driver ojol yang menunggu orderan terlalu lama di Mie Gacoan. Karena lebih dari setengah jam, orderan driver tadi di-cancel pelanggan.

Kekesalan driver ojol ini berbuah perkelahian dengan kru Mie Gacoan. Meskipun sudah dipisah, tapi api ini belum padam. Puncaknya, ba’da Isya ratusan driver ojol mendatangi Mie Gacoan. Bukan karena orderan, tapi karena tuntutan dan solidaritas.

Para driver menuntut agar kru Mie Gacoan yang menyerang driver ojol dipecat dan diperkarakan hukum. Kemudian mereka juga menuntut agar Mie Gacoan cabang Kotabaru berhenti operasi. Pihak Gacoan pun menyetujui setelah pengepungan sepanjang malam.

Sebenarnya, sudah lama Mie Gacoan bermasalah dengan ojol. Banyak yang mengungkapkan borok manajemen Mie Gacoan yang merugikan ojol. Dari kasir yang sedikit, prosedur panjang lebar, dan tentunya pelayanan kurang menyenangkan pada driver. Perkara sistem kerja karyawan yang penuh tekanan dan upah murah juga jadi pergunjingan. Namun, ungkapan miring ini baru menjadi aksi langsung dan geger gedhen pada 13 November kemarin.

Apalagi, para driver ojol baru saja melakukan mogok massal akibat penurunan tarif oleh pihak Gojek. Kemarahan ini ikut membakar para ojol yang ikut dalam pendudukan resto Mie Gacoan Kotabaru. Sudah pendapatan turun, Mie Gacoan malah menambah beban dengan pelayanan yang tidak maksimal. Lamanya penyiapan pesanan berarti membuat ojol harus menunggu. Pada akhirnya, para driver yang menanggung beban. Karena waktu terbuang yang seharusnya bisa mendapat pesanan lagi, serta potensi dibatalkan yang berpotensi menurunkan rating.

Kejadian ini sangat menarik bagi saya. Sampai saya ikut menduduki Mie Gacoan bersama para driver ojol. Bisa melihat langsung bagaimana perlawanan ojol yang lossdoll menghantam Mie Gacoan. Dan dengan melihat langsung aksi ini, saya melihat banyak hal yang bisa dipelajari serikat buruh dan aktivis.

Pertama, tentang solidaritas akar rumput. Berbeda dengan model serikat yang sarat birokrasi, para driver ojol bersolidaritas dalam kesadaran penuh. Solidaritas ini makin tertempa dengan lahirnya pos-pos ojol di mana mereka berbagi cerita dan masalah.

Para driver ojol ini membentuk sel kecil, dan dari sel ini para ojol terkoneksi. Jadi ketika info geger gedhen Kotabaru ini disebar, para ojol bisa menerima dengan cepat dari sel kecil masing-masing.

Kedua, adalah perkara aksi langsung yang serba cepat dan tanggap. Tidak ada waktu untuk tetek bengek membuat spanduk atau poster. Ketika mereka ingin menuntut, semua dikoordinir dan dilakukan bersama-sama. Tanpa harus menanti titah atasan atau menyiapkan aksi teatrikal. Yang mereka siapkan hanya tuntutan dan solusi.

Tidak perlu menyibukkan diri dengan mempersiapkan hal selain tuntutan dan mental baja. Tujuan para ojol sudah jelas, dan mereka menyuarakan tuntutan dengan aksi langsung ke jantung sumber masalah. Ini jelas harus dicontoh oleh para aktivis. Jadikan gerakan kalian satset seperti ojol ini.

Ketiga, semua dilakukan secara bersama sampai sulit dibredel. Berbeda dengan bentuk solidaritas lain, ojol membangun komunal atau sindikatnya dari akar rumput yang terkoneksi satu sama lain. Tidak ada tokoh populis yang berpotensi disetir, dan tidak ada ketua yang bertindak bagai diktator. Maka ketika ada upaya mengendalikan massa ojol, pasti mentah!

Terbentuknya solidaritasnya ojol ini organik, tanpa ada dogma ide besar, tanpa ada pemujaan pada sosok. Yang ada hanyalah kesamaan situasi yang terhimpit. Dan semua ini membuat nilai tawar ojol lebih kuat.

Mereka bisa menciptakan mogok massal. Mereka bisa melawan debt collector. Mereka bisa melawan rumah makan yang zalim. Semua terjadi bukan karena ideologi super hebat. Bukan pula karena pidato sosok yang penuh kharisma. Tapi karena mereka punya satu persatuan sebagai garda depan distribusi dan transportasi era digital. Inilah yang seharusnya membuat serikat dan aktivis iri dan pelajari.

Bahkan borok manajemen Mie Gacoan yang selama ini tertutupi dan jadi gosip dibongkar para ojol. Restoran yang mengeruk keuntungan besar, tapi merugikan ojol ini bisa disabotase. Bahkan pihak Mie Gacoan harus mengalah dan menghentikan operasional. Sungguh, ojol telah membongkar sistem yang keji. Dan sungguh, Vox Ojol Vox Dei! Suara Ojol adalah Suara Tuhan.

Sumber

http://gariskomando.com/feeds/posts/default?alt=rss

Tinggalkan Balasan